TERASKAMPUS - Kabupaten Enrekang memiliki 170 destinasi wisata potensial yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat setempat. Untuk memaksimalkan pengelolaan pariwisata yang berbasis masyarakat yang lebih efisien dan berkelanjutan, dibutuhkan dukungan infrastruktur digital, peningkatan keterampilan masyarakat dan kolaborasi yang kuat di antara semua pemangku kepentingan di daerah tersebut.
Hal tersebut disampaikan tim peneliti dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ekonomi Universitas Sembilanbelas November (USN) Kolaka pada The 2nd International Conference on "Food Security: the Global Challenges to End World Hunger and Achieve Global Wellness 2024" di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Rabu (13/11/2024). Melalui penelitian yang berjudul The Application of the AIDDA Model and Technological Transformation in Community-Based Tourism Management in Enrekang Regency (Penerapan Model AIDDA dan Transformasi Teknologi dalam Manajemen Pariwisata Berbasis Masyarakat di Kabupaten Enrekang), Muhammad Hidayat Djabbari, Dewi Sulfa Saguni, Widyawati, dan Muhammad Syaiful menganalisis penerapan model AIDDA (Awareness, Interest, Desire, Decision, Action) dan transformasi teknologi dalam pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Peneliti memilih pendekatan kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Informan dipilih secara purposive dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan masyarakat setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tahapan AIDDA berperan penting dalam menarik wisatawan. Kesadaran (awareness) wisatawan terhadap destinasi dibangun melalui promosi media sosial, sedangkan minat (interest) dan keinginan (desire) dipengaruhi oleh konten visual yang menarik. Keputusan (decision) wisatawan dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas dan aksesibilitas yang memadai, dan tindakan diwujudkan melalui kunjungan dan rekomendasi kepada orang lain. Penerapan (action) transformasi teknologi, seperti penggunaan media sosial, teknologi pembayaran digital (e-Payment), dan aplikasi seluler, telah meningkatkan efisiensi promosi dan pengelolaan destinasi, meskipun keterbatasan infrastruktur dan keterampilan digital masih menjadi tantangan. Partisipasi masyarakat lokal melalui Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) juga dinilai strategis dalam mendukung keberhasilan transformasi ini, tetapi memerlukan peningkatan kapasitas dan dukungan infrastruktur. Indar Ismail